Fiesta Demokrasi Indonesia Dimulai dengan Janji Damai

=Kampanye pemilihan parlemen dan presiden tahun 2019 dimulai pada hari Minggu karena semua elit politik yang berseteru berjanji untuk melakukan kampanye damai dan adil untuk memungkinkan para pemilih yang memenuhi syarat untuk membuat keputusan yang rasional.

Meskipun ada persaingan ketat untuk merebut kursi parlemen dan pos kepresidenan, elit politik Indonesia dan akar rumput harus tetap mengingat bahwa pemilihan umum hanyalah sebuah acara demokratis biasa.

Baik pemilihan parlemen maupun pemilihan presiden diselenggarakan sekali setiap lima tahun, sementara Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harus tetap terjaga dengan baik meskipun preferensi politik masyarakat berbeda di dalam bilik suara.

Dengan demikian, elit politik `berjanji untuk mengatur dan melakukan kampanye pemilihan yang damai dan mendidik tidak hanya akan mendidik publik tetapi juga akan membuka jalan bagi pelaksanaan pemilihan parlemen dan presiden yang bebas dan adil.

Selain itu, para elit dan akar rumput juga perlu diingat bahwa demokrasi telah dipilih sebagai sistem politik Indonesia yang idealnya dan praktis bertujuan untuk membantu orang Indonesia membuat negara yang berdaulat, adil, dan makmur.

Karena pentingnya mengumumkan kampanye pemilihan yang damai sebagai elit politik mulai memasuki periode kampanye, yang dijadwalkan berakhir pada 13 April 2019, apa yang Komisi Pemilihan Umum (KPU) diselenggarakan pada hari Minggu harus dihargai.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) memfasilitasi para elit, termasuk dua pasang calon presiden dan wakil presiden Indonesia, untuk menyatakan janji mereka untuk melakukan kampanye pemilihan yang damai pada acara khusus di Jakarta pada hari Minggu.

Diadakan di area Monumen Nasional, yang telah menjadi ikon Jakarta selama beberapa dekade, para elit politik negara, termasuk Presiden Joko Widodo dan pasangannya Ma`ruf Amin, dan penantang mereka, pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno , hadir.


Pesan melestarikan kesatuan bangsa dalam keragaman disimbolkan dengan berbagai pakaian tradisional yang dipasang oleh dua pasang calon presiden dan wakil presiden dan elit politik selama acara.

Presiden Joko Widodo dan pasangannya, ulama Muslim Ma`ruf Amin, terlihat mengenakan pakaian tradisional orang Bali dan Betawi masing-masing sementara pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno (yang populer disebut Sandi) menempatkan pakaian dari berbagai kelompok etnis berbeda.

Prabowo mengenakan pakaian tradisional Jawa dan "Blangkon" (topi tradisional Jawa) sementara pasangannya, Sandiaga Uno, mengenakan pakaian Melayu coklat atau Teluk Belanga. Kostum tradisional semacam ini juga dipakai oleh banyak pembantu lainnya.

Di antara para elit partai politik, yang bergabung dalam deklarasi itu, adalah pemimpin Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan, dan Ketua Umum Partai Berkarya Hutomo Mandala Putra.

Selain mereka, pemimpin Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy, Ketua Umum Bulan Sabit dan Bintang Partai Yusril Ihza Mahendra, dan Sekretaris Jenderal Perjuangan Demokrasi Indonesia Hasto Kristiyanto juga terlihat di antara para tamu VIP.

Deklarasi kampanye pemilihan yang damai juga dihadiri oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian serta perwakilan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu).

Menyoroti tema acara, Ketua KPU, Arief Budiman, mengatakan kampanye pemilihan harus dibuat bebas dari penyebaran berita palsu dan pidato kebencian yang berkaitan dengan etnis, agama, ras dan hubungan antar kelompok (SARA).

Dia kemudian menyampaikan tiga poin penting dari kampanye pemilihan damai, yaitu "melaksanakan pemilihan langsung, bebas, dan adil; melakukan kampanye pemilihan yang aman, damai, teratur, dan terpadu; dan melakukan kampanye dengan menghormati hukum.

Poin kedua dari deklarasi kampanye pemilu damai juga menggarisbawahi janji untuk melakukan kampanye dengan menghindari praktik politik uang, penyebaran berita palsu, dan mempolitisir masalah SARA.

Para elit politik negara yang bersaing dalam Pemilihan Parlemen dan Presiden 2019 diharapkan untuk menghormati tiga poin dari deklarasi yang mereka buat. Hal ini dapat diterima dan dimengerti jika kamp Joko Widodo dan Prabowo Subianto berusaha melakukan yang terbaik untuk memenangkan pemilihan presiden.

Pertanyaannya adalah apakah elit memperoleh kemenangan mereka secara adil dan jujur, dan sebagai hasilnya, orang-orang senang dengan hasil akhir. Terlepas dari perbedaan preferensi politik mereka, rakyat Indonesia tetap tidak terbagi.
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

1 comments: